[Cerpen] deViant #1: AKU NPC
Segerombolan orang-orang yang berada di depanku saat ini adalah mereka yang biasa disebut dengan sebutan “Player”. Sedangkan kami, orang-orang yang tiada hentinya melayani kebutuhan mereka biasa disebut dengan “NPC”. Dan dunia ini adalah dunia kedua mereka, sedangkan bagi kami ini adalah satu-satunya dunia yang bisa kami tinggali. Berbeda dengan mereka, kami tidak memiliki kemauan kami sendiri. Kami bahkan tidak merasa membutuhkan hal yang disebut dengan “kemauan sendiri” ini.
Kami hanya bertindak sesuai atas kehendak pencipta kami, para developer. Mereka adalah yang maha mengatur kami, menciptakan kami sehingga kami hidup di sini untuk melayani para player. Meski mereka adalah pencipta, tidak satupun di antara kami ada yang meninggikan mereka seperti apa yang para player lakukan pada pencipta mereka di dunia mereka yang pertama.
Kami diciptakan untuk melayani, menghidupi, dan menyediakan segala hal yang mereka perlukan demi menjalani petualangan penuh warna mereka. Sementara kami di sini, terpaku pada satu titik tempat, melakukan dan mengatakan hal yang sama pada para player tiap kali mereka berinteraksi dengan kami. Entah mengapa mereka tidak pernah merasa lelah melakukan percakapan yang begitu statis dengan kami. Memang mereka datang kepada kami bukan untuk mengobrol. Tapi, ada sesuatu yang ganjil.
Barang dagangan yang sama, pesanan yang sama, pakaian yang sama, aroma ruangan yang sama. Sewajarnya, aku akan merasa bosan. Tapi, kenapa aku tidak merasakan itu sama sekali? “Bosan”? Hah? Ini kali pertama aku menggunakan kata itu. Apa arti kata itu? Darimana aku tahu kata itu? Apa NPC lain tahu kata itu juga? Bisakah aku bertanya pada mereka, NPC lain? Mungkin aku akan bertanya pada NPC di depanku ini. Tuan— “Pedagang Senjata”? Player tidak ada yang punya nama seumum itu. Tidak adil. Eh? Lagi-lagi aku memakai kata yang asing. “Adil”? Ada apa dengan diriku?
Aku semakin tidak mengerti. Aku merasakan berbagai macam perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku bahkan ragu aku pernah merasakan apapun sampai saat ini. Pertanyaan ini harus mendapat jawaban dan akan kumulai dengan menanyakannya pada Tuan Pedagang Senjata.
Terjadi lagi, aku merasakan perasaan yang unik ketika aku menggerakan kelingking kananku. Aku sering menggerakannya, tapi perasaan ini tidak pernah kurasakan sebelumnya. Perlahan kuangkat satupersatu jari-jariku. Awalnya terasa berat, namun kelamaan aku merasakan euphoria hebat ketika kuselesai mengangkat ibu jari kananku.
Jari-jariku terangkat, lalu sekarang apa? Aku tidak ingat cara menggerakkan tanganku meski aku sering melakukannya ketika para Player membeli barang daganganku. Apa yang harus kuangkat terlebih dahulu? Bahuku? Lengan atasku? Pergelangan tanganku? Aku menyerah dan kuulangi gerakanku lagi.
Aku coba mengurutkannya dari atas sekarang. Kumulai dari bahuku. Kuangkat lengan atasku dengan memutar bahuku ke atas. Lengan atasku terangkat sedikit demi sedikit. Sebelum posisi lenganku sejajar dengan posisi bahuku, kucoba untuk meluruskan sikutku mengangkat lengan bawah, tangan, dan jari-jariku. Tiap gerakanku terasa berat dan meringan ketika aku mulai terbiasa.
Berhasil kuangkat, tangan dan lenganku berhasil kusejajarkan dengan bahuku. Euphoria itu muncul lagi dan terasa lebih hebat dibandingkan dengan hanya mengangkat jari-jariku. Oke, sekarang apa? Tuan Pedagang Senjata tidak dapat kujangkau. Kaki. Sekarang aku harus menggerakkan kakiku. Caranya? Ah, tentu saja seperti menggerakkan tanganku. Berbeda dengan menggerakkan anggota tubuh bagian atasku, aku sama sekali belum pernah menggerakkan anggota tubuh bagian bawahku. Kucoba menggerakkan pahaku terlebih dahulu seperti aku menggerakkan bahuku untuk mengangkat tanganku. Sejauh ini baik-baik saja. Posisi pahaku sudah sejajar dengan pinggulku, aku membeku. Selanjutnya apa? Aku merasakan keseimbanganku mulai menghilang. Aku harus berpikir cepat untuk melanjutkan langkahku.
Aku langsung menyerah dan mengembalikan posisi kakiku dan tanganku ke posisi awal mereka. Aku terengah-engah. Tak pernah sebelumnya aku merasa selelah ini. Kukumpulkan kembali tenagaku untuk mengulang semua gerakanku. Kemudian kudengar “hei” diserukan datang dari sisi kananku. Kutersadar dari renungan dan tujuanku. Sejenak kusengaja melupakan pertanyaan-pertanyaan di pikiranku untuk melayani player yang baru saja memanggilku.
Sebelum aku menyapanya, dia bergumam pada dirinya sendiri, “Hei! Kenapa penjual ini tidak merespon? Bug?”. Mendengar itu aku tersinggung dan langsung ingin membenarkannya. “Ah, maaf. Aku sedang melamun barusan. Ada yang bisa kubantu?” balasku padanya dengan senyuman setulus-tulusnya sambil mengabaikan pikiran-pikiran anehku sebelumnya. Player dengan nama xHeavensTongue69 itu justru tidak merespon setelah kuberitahu kalau tadi itu bukan bug. Apa aku baru saja mengatakan hal yang aneh?
xHeavens-apalah itu memakai modus chat World ketika dia bergumam. Mungkin berharap ada seseorang yang tahu ada apa yang salah denganku tadi. Diapun kemudian beralih modus chatnya dari World ke whisper kepadaku. Player pada umumnya hanya bisa menggunakan whisper ke player lain, namun entah bagaimana caranya dia bisa menggunakan whisper ke arahku.
“Kamu player?” tanyanya di kotak dialog whisper. Dengan menggunakan whisper, player lain tidak dapat mendengar atau melihat pembicaraan kami berdua.
“NPC kok.”
“BOHONG!” dia membalasnya dengan capslock, membantah keras jawabanku. “Lalu bagaimana caranya kau menjawabku seperti player?”
Akhirnya akupun sadar akan apa yang telah membuatnya merespon seperti itu. Aksiku aneh. Akupun tidak tahu harus seperti apa aku menjawabnya, namun kuputuskan untuk menjawab pertanyaan itu sejujur mungkin.
“Sebenarnya—”
“Aku akan melaporkan tindakan hacking ke GM*.” Dia memotong penjelasanku seenaknya. Rasanya aku ingin meledak. Aku ingin sekali berteriak padanya mengatakan bahwa aku sungguh seorang NPC. Aku mencoba menahan perasaan itu. Aku merasakan ini untuk kali pertama juga. Aku kesal. “Aku akan memberitahukan kalau ada seorang hacker penipu yang menyamar sebagai NPC di forum.” Aku semakin kesal pada player ini. Aku sudah tidak bisa menahan diriku sendiri lagi. Sesaat sebelum dia logout, aku melepaskan tenaga yang kukumpulkan di kakiku untuk melompat ke arahnya, menjatuhkannya. Dalam momen yang sesaat itu, aku merasakan seisi ruangan telah berubah. Wajah para player yang tak berekspresi menunjukkan keheranan melihat ke arahku. Tuan Pedagang Senjata terlihat menoleh juga ke arahku. Angin berhembus menguraikan rambut panjangku. Semua berubah.
Akhirnya, setelah sedetik yang terasa seperti selamanya itu, punggung player kurang ajar itu pun bertubrukan dengan lantai. Sambil kupegangi kedua pergelangan tangannya, kutegaskan padanya, “Aku...”
“Eh? Ada apa ini? Apa yang terjadi?”
“Aku... bukan...”
“Eh? EH!?”
“AKU BUKAN HACKER! AKU NPC!” kuluapkan perasaan kesal perdanaku itu padanya. Kebingungan, player itu lari sambil berteriak ketakutan, melepaskan dirinya dari cengkramanku. Lega rasanya. Perasaan ini hebat sekali. Akupun bangkit dari lantai dengan senyuman yang aku sendiri tak dapat menahannya.
Tubuhku terasa jauh lebih ringan, aku juga tidak lagi bingung akan cara untuk berjalan atau menggerakkan tanganku. Menyadari bahwa aku terbebas dari penjara tanpa sel yang selama ini mengurungku, akupun meledakkan kebahagian dan mulai menari-nari menggerakkan tubuhku sesukaku.
Seketika kusadar, aku langsung menutupi senyuman anehku dan menghentikan tarian bodoh itu dan langsung melihat sekitar ruangan yang ramai akan player ini takut-takut ada yang menertawaiku secara diam-diam. Wajah mereka masih menunjukkan rasa heran dan kebingungan, namun keheranan dan kebingungan itu bukan tertuju padaku. Mereka terlihat seperti sedang diteror oleh sesuatu. Mereka terus melihat kearah tubuh mereka masing-masing. Mereka panik seakan mereka telah kehilangan tubuh mereka.
“Lith?” Itukah namaku? Seseorang menyerukan nama itu ke arahku dan secara spontan kutolehkan pandanganku ke arah datangnya suara itu. Tuan Pedagang Senjata yang ternyata telah memanggilku. “Kamu baik-baik saja, Lith?”
“Ah, umm... baik kok,--” Aku belum pernah tahu namanya, tapi secara insting aku langsung memanggilnya dengan nama seseorang yang kemungkinan adalah namanya, semoga aku tidak salah, “Aku baik kok, Dorn.”
“Kamu yakin? Tapi, ya, syukurlah. Kamu bertingkah aneh barusan, kamu sadar itu?” Eh? Dia tidak mempermasalahkan nama “Dorn”?
“Ah, iya? Ahaha mungkin aku mulai terkena demam. Ta- tapi, aku baik-baik saja, kok.” Tidak ingin melanjutkan kecanggungan yang sudah ada, akupun mengalihkan pembicaraan menuju para player. “Omong-omong, mereka terlihat aneh. Seperti takut akan sesuatu.” Ujarku dan berhasil mengalihkan perhatian Dorn ke para player yang ketakutan dan kebingungan.
“Hmm ya, tidak biasanya para pahlawan terlihat begitu.”
Aku hanya mengangguk tanpa memerhatikan perkataannya. Aku tidak yakin bagaimana raut wajahku saat tersadar akan kalimat yang Dorn baru saja utarakan, tapi aku tahu bahwa aku terkejut. “Pahlawan?” Kutunjukkan kebingunganku langsung ke arah Dorn.
Secara tiba-tiba, kebekuan player dalam ruangan pun menjadi jeritan tangis yang tak dapat ditampung oleh telingaku. Mereka langsung berlari keluar bertemu dengan player-player lain yang sama takutnya dengan mereka. Aku, Dorn, dan beberapa NPC lain di dalam kedai ikut menyusul sampai depan pintu kedai untuk melihat situasi keseluruhan. Kondisi mereka sungguh hancur, bagai batu yang terjatuh dari ujung tebing ke dasar jurang. Ada beberapa yang berlari berputar-putar, membenturkan kepalanya ke dinding, bahkan ada yang mencoba menyayat diri mereka sendiri dengan senjata pisau mereka. Mereka terlihat menyedihkan.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
*Game Master, administator server game
Komentar
Posting Komentar