Review Telat #1: [Anime] Death Parade Eps. 11
「メメント・モリ」
Apa Bedanya!?
Paragraf pertama ini gak penting. Bisa silahkan lanjut baca paragraf kedua buat review anime-nya.
"Woy! Apa-apaan nih? Kok tiba-tiba nge-review anime gini? Dari episode 11 pula."
Ehem... yea... berhubung blog ini makin sepi pengunjung dan makin sepi postingan, gue putusin buat bikin series baru buat blog ini selain cerpen sama journal, "Late Review"*. Kenapa "Late"? Karna gue nonton anime,baca manga, baca buku nunggu yang udah diterjemah ke Indonesia. Terutama anime. Kalo ditanya "kenapa" lagi, ya... just a matter of personal preferences. Yah, harusnya emang gue mulai dari episode 1 review nya dan maunya sih juga begitu, tapi since ini blog pribadi gue dan gak ada pihak luar yang nyuruh-nyuruh, badan males ini baru mau gerak sekarang. Dan untuk kali ini, penggeraknya adalah episode 11 anime paling favorit gue musim ini, Death Parade.
"Makin panas ini anime!" adalah kalimat yang terpikir oleh gue saat openingnya selesai. Di episode sebelomnya kita liat Chiyuki semakin keabisan waktunya di dunia para juri ini. Dan Decim masih belom ngerti dengan metode apa dia bakal nge-judge atau "nge-review" Chiyuki... get it? karna gue baru mulai serial review jadi gue masukin kata review di-... ehem! Dan entah apa maksudnya Decim nyuruh Chiyuki buat ice-skating. What? Decim bakal nilai gerakan ice-skate Chiyuki? Alih fungsi dari juri antara reinkarnasi sama kehampaan jadi juri kejuaraan seluncur es? 「ちゆきさん、私に全てを教えてください。」by ice-skating!? Entahlah, gue yakin Decim punya maksud dan permintaannya punya arti sendiri. Well, sejauh ini para tamu Quindecim selalu di nilai lewat game. Mungkin ini game-nya Chiyuki dari Decim. Karna cuma saat permainan atau game ini, para tamu bakal dapet ingatan mereka lagi. Sama kaya Chiyuki yang main ice-skate. Satu-persatu ingatannya balik sampe akhirnya dia inget gimana dia mati. Dan, jelas Decim juga mau belajar. Sayangnya, guru lesnya udah mau pulang. (semoga direinkarnasi. Aamiin!) Talk about reincarnation! Mari kita bicarakan soal Ginti dan Mayu!
Ginti, Mayu, bakappuru-nya Death Parade harus berakhir... menyebalkan. Rasa sedih dan kekecewaan pasti meluap di bagian ini bagi penggemar Ginti sama Mayu. Gue termasuk penggemar Mayu dan... I'll shove a brick up yo ass, Ginti! Dan ini membawa kita pada main topic gue di review ini. Gimana Ginti sebagai juri milih ke mana para tamu harus pergi dan gimana Decim bertindak kebalikannya. Sejauh ini kita bisa ngebandingin pengadilan di dunia sama dunia Death Parade kaya pengadilan yang satu cara tapi beda bentuk. Pengadilan di dunia yang mutlak seharusnya gak pandang bulu. Semua pengadilan seharusnya gak pandang bulu. Di dunia, ketika lu maling ayam lu bakal dihukum sesuai hukuman yang seharusnya. Gak peduli seberapa baik lu sama orang. Gak peduli itu ayam lu kasih ke siapa dan buat apa. Lu, pada dasarnya, udah ngelanggar hukum dan patut dihukum. Tapi, sebelom menuju ke kehidupan berikutnya, kita diadilin juga. Pengadilan akhirat, yang kalo sepemahaman dan sesuai keinginan kita, kita bakal diadilin berdasarkan apa yang telah kita perbuat di dunia. Gak kaya pengadilan Death Parade yang nunjukin kalo pengadilan nanti dan sekarang itu sama aja kejamnya. Atau malah lebih parah.
Kita liat sebelom Ginti nutup pintu lift, dia udah rencana buat ngirim Mayu (sama Harada) buat direinkarnasi. Tapi, karna Mayu udah gak sengaja nyakitin perasaan Ginti, dia jadi dikirim Ginti ke kehampaan. Yang harusnya Ginti nilai itu "kegelapan kelam manusia", dan yang Mayu tunjukin ke Ginti di lift... simpati. Simpati karna para juri bertindak lebih kaya boneka dibanding manusia yang (nyatanya di dunia pengadilan itu, literally) terbuat dari boneka. This goes to show seberapa gak adilnya "pengadilan" ini. Sistemnya, jurinya, semuanya messed up! Dan meskipun belom kelihatan benerannya, Oculus kayanya jadi dalang dari sistem ini. Sistem pengadilan yang udah ada lebih dari ribuan tahun itu. Iyasih, sekarang karna udah ketulis, gue jadi gak bisa nyalahin Ginti. Karna pada dasarnya, semua itu bukan kemauan dia juga.「意味なんかねよ。俺は裁定者だからな。」yeaaa... nope. Still gonna stuff some bricks up yo ass, Ginti.
Sementara, Ginti loyal dan ngikutin aturan, Decim ngelanggar. Pelanggaran yang baik dalam konteks moral. Tapi dia tetep dianggep "kriminal" terlebih sama that sly old Oculus. Pasti berat bagi Decim buat nge-judge cewek yang udah (lumayan) lama jadi asistennya. Cewek yang udah bikin dia penasaran sama emosi manusia. Tapi, mau diapain lagi? It's time. Which makes me questions... Juri milih ke mana tamu bakal pergi. Entah direinkarnasi atau dikirim ke kehampaan. Tapi, apa yang terjadi kalo manusia tinggal cukup lama atau bahkan kelamaan sampe-sampe waktu mereka di dunia itu abis dan terpaksa harus jadi boneka lagi. Ke mana? Ke mana nyawa mereka? Void, kah? Reincarnated, kah? Pertanyaan itu kayanya gak mungkin di jawab kecuali kalo ada season 2 nanti. Back to Decim and Chiyuki. Gimana kelanjutan mereka berdua? Oculus, bunganya kembang-kempis... dia mau apa? Nona yang keliatannya bakal pergi bantuin Decim, bakal diapain sama Oculus? Tentacle Rape, kah? ... ... ... ... ... . . . . . . . . . ehem!
Bener-bener banyak yang sebenernya mau gue bahas di episode kali ini. Bukan episode kali ini doang! Semua episode Death Parade bener-bener bikin "Gggrrrrrr!!!" Tiap episodenya enjoyable dan memuaskan. Gak nyesel nungguin seminggu buat episode baru. Dan gue yakin episode minggu depan gak bakal ngecewain! YAKIN! Kay, sekian review pendek pertama gue di blog ini. Sampai ketemu di postingan berikutnya. Mata, ne~
*di-edit Rabu, 25 Maret 2015 karna takut bakal ada English speakers nyasar ke blog ini meskipun dikit
Komentar
Posting Komentar