Toki no Kami [Short Version]
Muto Tokio adalah
seorang pria muda yang imajinatif. Pandangannya terhadap dunia berbeda dengan
orang pada umumnya. Angan-angan yang menghantui pikirannya juga terbilang tidak
wajar di telinga orang jika diutarakan dengan keras olehnya. Suatu pagi dalam
perjalanan ke sekolahnya, Muto yang sedang melamun tanpa sadar mengutarakan
keinginannya untuk bisa menghentikan waktu. Dan di saat yang bersamaan, suatu
zat tak terlihat mendengar keinginannya dan tersenyum sambil tertawa kecil.
Tangan Muto yang sedang
iseng memutar kunci rumahnya tak sengaja menjatuhkannya di jalan. Saat ia ingin
mengambil kunci yang hampir terinjak itu, tangan seseorang menyentuh lengannya
dan langkah kaki yang awalnya terlihat akan menginjak kunci itu tiba-tiba
berhenti. Tanpa pikir panjang, ia langsung ambil kuncinya. Kemudian, semua
kembali berjalan. Muto berdiri mencari tangan yang menyentuhnya tadi, berharap
akan ada yang berkata, “Hei! Aku yang menyentuh tanganmu tadi.” Namun, tak seorang pun di keramaian itu yang
berkata demikian. Tentu saja, dasar bodoh.
Sesampainya di sekolah,
Muto belajar seperti biasa di kelasnya. Hari itu tidak ada bedanya dengan
hari-hari lainnya. Sampai jam pelajaran selesai dan saatnya kegiatan klub di
mulai. Klub Sastranya hanya berisikan teman mainnya Goto Minoru dan Aki Kaoru.
Klub tiga orang sahabat
itu berubah ketika Aki memperkenalkan seorang anggota baru klub mereka. Seorang
junior pindahan dari Enoshima, kampung halaman Muto. Junior ini mengenali Muto dan
langsung memanggilnya, “Tokicchi!” Muto juga langsung mengenalinya dan menyahut,
“Naomi!?” Kedua sahabat Muto pun terheran. Dan akhirnya Muto yang mengenalkan
junior itu kepada teman-temannya. Terada Naomi adalah teman masa kecil Muto
yang sudah lama Muto tidak jumpai. Setelah perkenalan itu, Terada langsung
menggenggam kedua tangan Muto. Muto bilang kepada Terada untuk melepaskannya
karna dia merasa malu dilihat teman-temannya begitu. Tapi, Muto pun akhirnya menyadari
bahwa kedua temannya telah diam terpaku. Terada pun ikut memasang muka
keheranan sampai akhirnya dia melepas genggaman tangannya. Goto dan Aki kembali
tidak terpaku lagi, namun giliran Muto dan Terada yang terpaku akibat terkejut
dengan apa yang terjadi.
Tak lama, Muto dan
Terada mulai faham dan terbiasa dengan keanehan tubuh mereka saat mereka
bersentuhan dan mulai menjaga jarak satu sama lain agar hal yang sama tidak
terjadi. Namun, beberapa hari kemudian, syarat yang sama tidak berlaku. Dan
walau mereka tidak bersentuhan, waktu tetap berhenti ketika mereka dalam jarak
yang berdekatan. Setelah ini, Terada jadi jarang hadir ke klub sastra dan kedua
teman Muto, Goto dan Aki, mulai bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Muto
memilih untuk tidak bercerita dan menutup mulut saja.
Di suatu pagi yang biasa,
Muto bangun tepat pukul 6.59 dan bersiap ke sekolah. Setelah ia bersiap, ia
memeriksa jamnya dan waktu tetap menunjukkan jam 6.59. Muto menyangka bahwa Terada
ada di dekat rumahnya. Namun ia salah. Terada masih ada di rumahnya dan
merasakan hal yang sama. Kemudian keduanya sampai di sekolah tepat pukul 6.59
pagi. Mereka memutuskan untuk membunuh salah satu dari diri mereka berdua
bagaimanapun caranya. Akhirnya Terada terbunuh oleh tangan Muto yang harus
kehilangannya dengan berat hati. Kemudian alarm jam tangan Muto berbunyi dan
menarik perhatian Muto yang sedang merasa menyesal. Muto merasa lega ketika jam
tangannya menunjukkan pukul 7 tepat. Namun, ia kembali disadarkan oleh
kenyataan bahwa ia telah membunuh teman masa kecil yang ia rindukan selama ini.
Semenit berlalu, namun
jam Muto kembali berhenti. Muto bertanya-tanya kepada dirinya sendiri akan apa
yang terjadi. Kemudian, kabut tebal menyelimuti Muto dan suara tertawa
seseorang terdengar dari dalam kabut. Sebuah sosok yang memakai Kimono mengaku
sebagai Dewa Waktu muncul di hadapan Muto. Dia mengaku bahwa dia telah
mempermainkan Muto dan Terada karna mereka memiliki keinginan yang sama; dapat
menghentikan waktu. Jadi ia ciptakan dimensi untuk mereka berdua di mana mereka
bisa menikmati hidup tanpa waktu. Namun, ia tidak habis pikir bahwa mereka akan
saling membunuh. Muto benar-benar menyesali tindakannya. Kemudian, Dewa Waktu
itu berkata, “Aku tidak bisa menghidupkan orang mati. Tapi, aku bisa memutar
ulang waktu.” Muto setuju, dengan syarat, Muto tidak boleh sampai bersentuhan
lagi tangannya dengan Terada di jalanan.
Lalu, waktu pun
berputar mundur. Muto tidak mengingat kejadian yang telah terjadi sama sekali.
Ia bangun dari tidurnya seperti biasa. Namun, kali ini ia tanpa sadar menahan
dirinya ketika ia akan berharap untuk dapat menghentikan waktu. Ketika di
perjalan menuju sekolahnya, tangannya iseng memutar kunci rumahnya, namun kali
ini, ia langsung menangkapnya saat kunci itu tak sengaja terlempar ke udara. “Syukurlah.”
Ucap Muto. Dan saat itu juga ia langsung kembali melanjutkan perjalanannya ke
sekolah. Namun, tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Terada yang mengenakan
pakaian sekolah lain dan pergi ke arah yang berlawanan dengannya. Muto
merasakan aura yang tidak asing, tapi ia memilih untuk tidak menghiraukannya.
Komentar
Posting Komentar